
Menteri PPPA: Suara Anak Sangat Berharga dalam Pembangunan Bangsa
Siaran Pers Nomor: B-511/SETMEN/HM.02.04/12/2025
Jakrta (13/12) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi berdialog dengan anak muda sebagai upaya menciptakan ruang aman dan inklusif bagi anak untuk menyampaikan aspirasi, kritik, serta pandangan mereka terkait isu-isu perlindungan anak. Dalam dialog ini, Menteri PPPA menegaskan pentingnya pemerintah untuk mendengar langsung suara anak sebagai upaya memberikan akses yang sama dalam pembangunan.
Menteri PPPA mengungkapkan kegiatan ini merupakan kerjasama Kemen PPPA dan Save The Children yang diselenggarakan di Ke:Kini Café, Cikini dan diikuti secara luring maupun daring oleh puluhan anak dari berbagai komunitas. Pertemuan hari ini merupakan tindak lanjut dari pembahasan antara Kemen PPPA dan Save the Children yang tujuan utamanya adalah mendengar langsung aspirasi, suara, dan gagasan kalian mengenai isu-isu perlindungan anak, khususnya terkait tantangan yang muncul di ranah digital.
"Pemerintah wajib hadir memastikan hak-hak anak terpenuhi. Hari ini kita akan mendalami enam isu besar perlindungan anak, yaitu kekerasan terhadap anak, pekerja anak dan eksploitasi ekonomi, akses inklusif bagi anak dengan disabilitas, anak yang berhadapan dengan hukum, pengasuhan dan peran keluarga, serta perlindungan anak dalam situasi darurat seperti bencana, konflik, maupun migrasi. Keenam isu ini bukan hanya menjadi perhatian pemerintah, tetapi merupakan tantangan bersama yang harus dihadapi seluruh masyarakat,” ujar Menteri PPPA.
Menteri PPPA menambahkan mendengarkan suara anak sangatlah penting karena mereka melihat persoalan dari jarak yang paling dekat, mengalami langsung risiko-risiko di dunia digital maupun dalam kehidupan sehari-hari, serta memahami strategi apa yang efektif dan tidak efektif.
"Kalian juga memiliki gagasan kreatif yang sering tidak terpikirkan oleh orang dewasa. Karena itu, Bunda ingin kalian berani berbicara, berbagi pengalaman, memberikan rekomendasi, dan menyampaikan cara-cara baru agar layanan dan kebijakan perlindungan anak semakin relevan. Bunda juga ingin mendengar apa saja yang perlu diperbaiki dalam layanan perlindungan anak, sebab tidak ada kebijakan yang lebih kuat daripada kebijakan yang lahir dari suara anak," ujar Menteri PPPA.
Sepanjang kegiatan, peserta berdiskusi dalam kelompok untuk membahas isu-isu prioritas menuju Indonesia Emas 2045. Anak-anak menyampaikan kritik dan rekomendasi terkait literasi digital, keamanan ruang daring, kesehatan mental, perubahan iklim, dan isu lainnya. Menanggapi hal tersebut, Menteri PPPA menegaskan bahwa masukan anak sangat berarti oleh karena itu, kegiatan ini menjadi langkah awal untuk memperkuat kolaborasi bersama anak dan memastikan kebijakan semakin responsif terhadap kebutuhan generasi muda.
"Dialog seperti ini tidak boleh berhenti pada satu pertemuan, tetapi harus terus berlanjut sebagai ruang yang terbuka bagi anak untuk menyampaikan suara dan mengawal perubahan. Hari ini bukan hanya acara seremonial. Ini adalah awal gerak bersama agar kebijakan yang kita buat benar-benar bersumber dari suara anak. Percakapan seperti ini harus terus kita lakukan, karena anak-anak berhak didengar dan dilibatkan dalam setiap proses pembangunan,” ungkap Menteri PPPA.
Pada kesempatan ini, CEO Save the Children Indonesia, Dessy Kurwiany Ukar, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya dialog yang memungkinkan anak berbicara secara lepas dan informal. “Yang terpenting bagi kami adalah mendengarkan kata teman-teman semua. Anak-anak punya ide-ide hebat dan justru di sanalah kunci solusi dari banyak permasalahan yang sering dibicarakan orang dewasa. Masa depan kita masih penuh harapan karena anak-anak di sini memiliki semangat dan kapasitas luar biasa,” ujar Dessy. Ia juga menekankan bahwa kebutuhan dan harapan anak harus menjadi dasar dalam setiap program yang disusun untuk mereka.
Kegiatan ini juga menghadirkan Bayu, anak muda dari Pulau Simeulue, yang berbagi pengalamannya dalam mengembangkan inovasi sosial di daerahnya. Ia menekankan pentingnya ruang temu antar anak dari berbagai daerah. “Banyak inovasi anak-anak yang sudah berjalan, bukan hanya ide. Tinggal bagaimana inovasi ini bisa diketahui dan direplikasi oleh teman-teman di daerah lain. Ruang temu seperti ini penting agar anak-anak bisa saling belajar, memahami kebutuhan daerah masing-masing, dan memberi masukan langsung untuk program pemerintah,” ujar Bayu.
Bayu juga menekankan perlunya penyederhanaan informasi kebijakan agar lebih mudah dipahami anak. “Program pemerintah itu banyak dan seringkali tidak mudah dimengerti anak. Kalau dibuat lebih sederhana, anak-anak bisa memberi insight yang lebih tajam dan relevan,” tambahnya.
Peserta dialog ini berasal dari beragam komunitas anak dan remaja, antara lain Digital Youth Council, Children and Youth Advisory Network,, Forum Anak Daerah Jakarta, Forum Anak Nasional, Forum Remaja Palang Merah Indonesia, kelompok anak ICT Watch, Yayasan Sejiwa, Komunitas kreator dan developer perampuan Indonesia di Roblox (KARIS) serta komunitas lainnya.
BIRO HUMAS DAN UMUM
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK
Telp.& Fax (021) 3448510
e-mail : humas@kemenpppa.go.id
website : www.kemenpppa.go.id
- 13-12-2025
- Kunjungan : 67
-
Bagikan: